Semua tentang musik mengapa harus teknis, teknis dan teknis. Musisi, musisi dan musisi. Adakah ruang untuk membahas bagaimana pendengar, penonton konser dan pengunduh berpikir tentang musik? Tentang bagaimana secara manusiawi musik dengan segala budaya dan gaya hidupnya didengarkan? Adakah kajian jalanan yang sangat bajakan seperti mp3 yang mewabah, dihujat namun diunduh di belahan dunia manapun? Tempat ini mungkin inginnya seperti itu... hanya hampir... belum tepat sepenuhnya.

Untuk Penonton UGM Jazz 2008

Sebuah catatan yang agak menyakitkan dari pertunjukan musik yang saya lihat beberapa hari yang lalu. Sebuah event yang bertajuk UGM Jazz 2008 akhirnya berakhir dengan perasaan mangkel ketika saya pulang usai menyaksikan acara itu. Bukan karena tidak puas terhadap penampil acara itu, semua artis beraksi hebat malam itu. Masalahnya terletak pada penyelenggara dan kelakuan hadirin selama pertunjukan berlangsung.

Panitia seperti amatir payah dalam penyelenggaraan acara sekelas itu. Dalam pertunjukan yang berformat penonoton duduk dan menikmati musik yang tidak rewo – rewo layaknya konser tanpa kursi, seharusnya antar penonton tidak terganggu oleh penonoton yang lain. Kenapa bisa terganggu? Penonton semestinya datang sebelum pertunjukan dimulai. Untuk yang datang setelah acara dimulai? Disini saya kecewa pada panitia, kenapa tidak menahan penonton masuk ketika repertoar sedang dimainkan. Masuklah saat sedang jeda antar lagu. Sangat mengganggu kenikmatan menyaksikan aksi musisi diatas panggung bila ada orang sliwar – sliwer di depan dan samping kita.

Sudah cukup begitu? Ada lagi : etika pertunjukan berikutnya adalah tidak menggunakan lampu kilat alias flash ketika mengambil gambar. Kenapa waktu itu sepanjang pertunjukan mata terasa pedih dan kaget oleh kilatan blitz sepanjang pertunjukan. Dan panitia tidak bereaksi dengan kejadian tersebut. Sekali mengumumkan di awal sebelum pertunjukan dimulai dianggap sudah sah. Penonton benar – benar tidk tahu atau tidak mau tahu? Padahal kalau mereka sadar dan berpikir, daya lampu kilat kamera itu sangat tidak mencukupi untuk tingkat keterangan gambar yang mereka harapkan. Kalau tidak percaya, tanyalah fotografer professional atau lihat sendiri hasilnya. Sungguh tidak sebanding dengan mengganggu orang lain. Ada lagi? Kerumunan panitia disamping panggung. Anehnya, terdapat pula yang terhormat MC diantara orang – orang itu. Wah..wah….wahhh……

Sayang sekali, musisi yang sangat virtuoso itu terlewat detilnya gara – gara tingkah aneh diatas. Seorang penonton bule marah - marah terus sepanjang pertunjukan. Tapi ini bukan masalah bule atau pribumi. Mungkin suatu waktu perlu diadakan kelas –kelas etika menonton pertunjukan, dari menonton kebakaran pingir jalan sampai menonton opera. Catatan unik lagi-yang ini tidak mengganggu tapi lucu- seorang mbak di sebelah saya bertanya kepada temannya ketika Trisum diperkenalkan, siapa sih Donny Suhendra? Hahahahahha……..

Tidak ada komentar:

suprsynthQuantcast