Semua tentang musik mengapa harus teknis, teknis dan teknis. Musisi, musisi dan musisi. Adakah ruang untuk membahas bagaimana pendengar, penonton konser dan pengunduh berpikir tentang musik? Tentang bagaimana secara manusiawi musik dengan segala budaya dan gaya hidupnya didengarkan? Adakah kajian jalanan yang sangat bajakan seperti mp3 yang mewabah, dihujat namun diunduh di belahan dunia manapun? Tempat ini mungkin inginnya seperti itu... hanya hampir... belum tepat sepenuhnya.

Musisi Harus (Lebih Banyak) Bicara

Dari Peluncuran Album Balada Joni dan Susi - Melancholic Bitch

19 November lalu saya menyaksikan peluncuran album sebuah grup lawas Jogjakarta. Lawas disini kita anggap saja minimal sudah sepuluh tahun sejak berdirinya eksis di persilatan musik lokal. Dan memang sudah sepuluh tahun mereka ada, dan ini adalah albumnya yang kedua. Saya tak cukup mampu mengulas bagaimana musik mereka. Menurut saya cukup enak didengarkan dan masuk lah dalam daftar panjang nan labil selera musik saya.

Yang menarik, sepanjang perjalanan berangkat bersama teman wartawan majalah kondang dan sedikit bicara tentang pertunjukan itu ketika menuju pulang. Hal yang dikomentarkan Mas Wartawan adalah komunikasi yang punya pertunjukan terhadap yang menyaksikan. Mas Wartawan menjelaskan bahwa ini adalah gejala umum dari musisi lokal yang melakukan rilis produk kreatif mereka, mungkin atas nama aslinya teman - teman musisi kita memang rendah hati dan tidak ingin tampak sombong dan sok tahu. Mas Wartawan menggugat itu, menurutnya seseorang dari dapur kreatif harus menjelaskan banyak hal tentang karyanya, agar pendengar mendapat informasi sebanyak - banyaknya dari yang punya karya, bukan untuk menggiring ide penonton, tapi demi kelancaran promosi mereka sendiri, yang tertuang dalm tulisan - tulisan, review dan liputan teman - teman media. Band yang baru saja tampil dianggap terlalu sedikit bicara bahkan pada saat sesi wawancara, hanya vokalisnya saja yang banyak membagi info. Bahkan yang bersangkutan di bidang kreatif dapur produksi, ditulis hanya "cengengesan" oleh kawan wartawan tersebut di liputannya yang tertuang di situs majalah kondang itu.

Sebenarnya menurut saya pertunjukannya luar biasa. Penonton yang hadir sudah mengenal sejak lama grup yang launching album itu. Bisa menikmati, ikut nyanyi di beberapa bagian, tepuk meriah dan keakraban yang hangat seusai pentas. Merchandise dan CD album laku dengan angka yang kira - kira baik kalau dilihat dari yang merubung booth jualan. Namun, kembalikan pada hal ini: apakah album itu hanya dipersembahkan untuk komunitas terbatas yang ada di venue yang sudah jelas mendukung grup tersebut sejak lama -- karena kenal atau memang menyukai lagu - lagunya -- atau memang dipersiapkan untuk menembus lingkaran pendengar yang lebih luas? Silakan dijawab sendiri...

1 komentar:

Unknown mengatakan...

wow... saya juga datang kemarin itu
salam kenal mas

suprsynthQuantcast